Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

13 Metode Pembelajaran yang Paling Efektif

Metode Pembelajaran Efektif - Belajar atau pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah. Yang pada akhirnya akan berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
Metode Pembelajaran yang Paling Efektif
Metode Pembelajaran Efektif

Melihat peran yang begitu penting, maka menerapkan metode yang efisien dan efektif adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Di bawah ini akan kami paparkan 13 metode pembelajaran efektif, yang mungkin bisa anda jadikan rujukan untuk mendidik anak didik anda.

1. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Metode pemecahan masalah (problem solving) merupakan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi (perorangan) maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri maupun secara bersama-sama.

Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Kelebihan metode problem solving sebagai berikut:
  • Berpikir dan bertindak kreatif.
  • Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
  • Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
  • Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
  • Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
  • Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
  • Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
  • Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
  • Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.


2. Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Langkah-langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah:
  • Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
  • Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
  • Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
  • Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
  • Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Kelebihan metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah sebagai berikut:
  • Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
  • Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
  • Dapat memperoleh dari berbagai sumber.

Kekurangan metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah sebagai berikut:
  • Membutuhkan banyak waktu dan dana.
  • Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
  • Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

3. Metode Debat

Metode debat adalah salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari sekitar empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang dalam posisi kontra dan dua orang dalam posisi pro) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.

Baca Juga: 10 Langkah Sederhana untuk Membuat Harimu Lebih Produktif !

Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.

Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, pembuat kesimpulan (summarizer), peran pencatat (recorder), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.


4. Metode Role Playing

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.

Kelebihan metode Role Playing:
  • Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
  • Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
  • Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
  • Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam waktu serta situasi yang berbeda.
  • Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

5. Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)

Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD):
  • Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
  • Guru menyajikan pelajaran.
  • Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
  • Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
  • Memberi evaluasi.
  • Penutup.

Kelebihan Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD):
  • Melatih kerjasama dengan baik.
  • Seluruh siswa menjadi lebih siap.

Kekurangan Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD):
  • Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
  • Membedakan siswa.

6. Picture and Picture

Picture and Picture merupakan suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.

Langkah-langkah metode Picture and Picture:
  • Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
  • Menyajikan materi sebagai pengantar.
  • Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
  • Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
  • Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
  • Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
  • Kesimpulan / rangkuman.

Kelebihan metode Picture and Picture:
  • Melatih berpikir logis dan sistematis.
  • Guru lebih mengenal kemampuan tiap-tiap siswa.

Kekurangan metode Picture and Picture:
  • Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.

7. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Metode investigasi kelompok sering dianggap sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Group Investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah metode Group Investigation kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik. b.

b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas. c.

c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

e. Penyajian hasil
akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

8. Cooperative Script

Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Langkah-langkah metode Cooperative Script:
  • Guru membagi siswa untuk berpasangan.
  • Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
  • Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
  • Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
  • Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
  • Kesimpulan guru.
  • Penutup.

Kelebihan metode Pembelajaran Cooperative Script:
  • Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
  • Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
  • Setiap siswa mendapat peran.

Kekurangan metode Pembelajaran Cooperative Script:
  • Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).
  • Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu

9. Numbered Heads Together

Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Metode Pembelajaran Numbered Heads Together
Metode Pembelajaran Numbered Heads Together

Langkah-langkah metode Pembelajaran Numbered Heads Together:
  • Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
  • Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
  • Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
  • Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
  • Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
  • Kesimpulan.

Kelebihan metode Pembelajaran Numbered Heads Together:
  • Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
  • Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
  • Setiap siswa menjadi siap semua.

Kelemahan metode Pembelajaran Numbered Heads Together:
  • Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
  • Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

10. Metode Jigsaw

Padaintinya, dalam Metode Jigsaw guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.

Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam:

  • belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya;
  • merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula.
Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

11. Metode Team Games Tournament (TGT)

Pembelajaran kooperatif model TGT merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang gampang diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Baca Juga: Kumpulan Berita Tentang CPNS (Terlengkap dan Gratis)

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, persaingan sehat, kerjasama, dan keterlibatan belajar.

Terdapat 5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.

4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.

5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

12. Model Lesson Study

Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.

Lesson Study adalah suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.

langkah-langkah metode Pembelajaran Model Lesson Study:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
  • Perencanaan.
  • Praktek mengajar.
  • Observasi.
  • Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.

2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.

3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.

4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.

5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).

Kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
  • Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.
  • Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.

13. Model Examples Non Examples

Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.

Langkah-langkah Model Examples Non Examples:
  • Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
  • Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
  • Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.
  • Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
  • Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
  • Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
  • Kesimpulan.

Kelebihan metode Model Examples Non Examples:
  • Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
  • Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
  • Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Kekurangan metode Model Examples Non Examples:
  • Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
  • Memakan waktu yang lama.


Sekian artikel singkat tentang Metode Pembelajaran Efektif, semoga penjelasan singkat diatas bermanfaat bagi Kita setidaknya untuk menambah wawasan kita semua tentang Metode Pembelajaran Efektif, Cara Pembelajaran Efektif, Manfaat Pembelejaran Efektif dan Langkah Pembelajaran Efektif

Posting Komentar untuk "13 Metode Pembelajaran yang Paling Efektif"