4 Teori Terjadinya Jagat Raya (Alam Semesta), Lengkap Gambar dan Penjelasan
Jagat raya adalah alam semesta yang sangat luas dan tidak terukur, terdiri atas berjuta benda-benda angkasa, dan beribu-ribu kabut gas atau kelompok nebula, kemudian kabut gas tersebut tersusun menjadi gugusan bintang. Jagat raya (alam semesta) adalah objek kajian bagi ilmu pengetahuan yang tidak ada habisnya untuk dipelajari. Bagaimanakah proses terjadinya jagat raya? Adakah kehidupan lain selain di Bumi? Pertanyaan seperti ini mungkin pernah terlintas di pikiran kita. Sampai saat ini, baru sebagian kecil rahasia alam semesta yang sudah terungkap melalui penelitian secara terus-menerus.
Proses terjadinya jagat raya / alam semesta merupakan salah satu misteri yang coba diungkap oleh manusia. Berikut ini adalah 4 teori yang menjelaskan proses pembentukan jagat raya atau 4 teori terbentuknya alam semesta.
4 Teori Terjadinya Jagat Raya / Alam Semesta
4 Teori Terjadinya Jagat Raya (Alam Semesta), Lengkap Gambar dan Penjelasan
|
1. Teori Keadaan Tetap (Teori Creatio Continua)
Teori "keadaan tetap" atau teori ciptaan sinambung atau teori creatio continua menyatakan bahwa alam semesta selama berabad-abad selalu dalam kondisi yang sama dan zat hidrogen senantiasa dicipta dari ketiadaan. Penambahan jumlah zat, dalam teori ini memerlukan waktu yang sangat lama, yaitu sekitar 1000 juta tahun untuk satu atom dalam satu volume ruang angkasa. Teori ini dikemukakan oleh ahli astronomi Fred Hoyle dan beberapa ahli astrofisika Inggris.
Dalam teori "keadaan tetap", kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi, oleh karena itu galaksi baru akan terbentuk untuk menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat bahwa zat yang merupakan asal mula bintang dan galaksi tersebut adalah hidrogen.
Teori keadaan tetap diterima secara skeptis oleh beberapa ahli yang lain, sebab hal ini bertentangan dengan salah satu hukum dasar fisika, yaitu hukum kekekalan zat. yang berbunyi "zat tidak dapat diciptakan atau dihilangkan tetapi hanyalah dapat diubah menjadi jenis zat lain atau menjadi energi".
2. Teori Ledakan Besar (The Big Bang Theory)
Menurut teori ledakan besar dahulu kala galaksi-galaksi pernah saling berdekatan dan berasal dari massa tunggal, kemudian dalam keadaan massa tunggal jagat raya menyimpan suhu dan energi sangat besar. Besarnya energi dan tingginya suhu tersebut menimbulkan ledakan besar yang menghancurkan massa tunggal (terjadi kira-kira 13.700 juta tahun yang lalu). Efek ledakan besar tersebut materi-materi dengan jumlah sangat besar terlontar ke segala penjuru alam semesta. Materi-materi tersebut akhirnya membentuk planet, bintang, debu kosmis, meteor, asteroid, energi, dan partikel-partikel lain.
Teori ”Big Bang” ini didukung oleh Edwin Hubble, seorang astronom Amerika Serikat, hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Edwin, menunjukkan bahwa jagat raya ini tidak bersifat statis. Semakin jauh jarak galaksi dari Bumi, semakin cepat proses pengembangannya. Penemuan tersebut kemudian dikuatkan oleh Robert Wilson dan Arno Pnezias, seorang ahli astrofisika dari Amerika Serikat, pada tahun 1965 mereka telah mengukur tahap radiasi yang ada di angkasa raya. Penemuan ini selanjutnya disahkan oleh ahli sains dengan memanfaatkan alat NASA yang bernama COBE spacecraft pada tahun 1989-1993.
Kajian-kajian terkini dari laboratorium CERN (Conseil Europeen pour la Recherche Nucleaire) yang terletak tidak jauh dari Genewa menguatkan lagi teori "Big Bang". Selain itu teori ledakan besar juga didukung oleh Stephen Hawking, seorang ahli fisika teoritis. Semua ini menyimpulkan bahwa pada masa lalu langit dan Bumi pernah bersatu sebelum terpisah-pisah seperti saat ini.
3. Teori Mengembang dan Memampat (The Oscillating Theory)
Teori ini dikenal pula dengan nama teori ekspansi dan konstraksi. Menurut teori ini, alam semesta tercipta karena adanya sebuah siklus materi yang diawali dengan masa ekspansi atau mengembang yang diakibatkan oleh adanya reaksi inti hidrogen, pada tahap ini terciptalah galaksi-galaksi (tahap ini diperkirakan terjadi selama 30 milyar tahun), kemudian galaksi-galaksi dan bintang yang telah tercipta akan meredup, selanjutnya memampat yang didahului dengan keluarnya pancaran panas yang begitu tinggi. Setelah tahap memampat maka tahap selanjutnya adalah tahap mengembang dan kemudian pada akhirnya memampat lagi. Teori mengembang dan memampat ini menguatkan asumsi bahwa pertikel-partikel yang ada pada saat ini berasal dari partikel-partikel yang ada pada zaman dahulu.
4. Teori Alam Semesta Quantum
Teori quantum didasarkan pada ide bahwa semua kemungkinan peristiwa memiliki probabilitas untuk terjadi, tak peduli seberapa fantastik atau pandirnya peristiwa itu. Teori ini ditemukan pada tahun 1966 oleh William Lane Craig. William mengatakan bahwa alam semesta telah ada selamanya dan akan selalu ada untuk selamanya pula. Dalam teori quantum, ruang hampa pada hakikatnya tidak ada, yang ada adalah partikel-partikel subatomik.
Sampai sekarang belum dapat dipastikan bagaimana sesungguhnya jagat raya ini terbentuk. Teori-teori yang diutarakan oleh para ahli tersebut tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Sekian artikel mengenai 4 Teori Terjadinya Jagat Raya (Alam Semesta). Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi sobat baik untuk mengerjakan tugas maupun untuk sekedar menambah wawasan tentang teori pembentukan jagat raya, teori terbentuknya jagat raya, teori terbentuknya alam semesta, teori penciptaan alam semesta teori keadaan tetap, teori ledakan besar, teori mengembang dan memampat dan teori alam semesta quantum. Terimakasih atas kunjungannya.
4 Teori Terjadinya Jagat Raya (Alam Semesta)
MARKIJAR : MARi KIta belaJAR
Posting Komentar untuk "4 Teori Terjadinya Jagat Raya (Alam Semesta), Lengkap Gambar dan Penjelasan"